Oleh : Roni Yuzirman - UKMSukses.com
Apa pun makanannya, minumnya pasti Teh Botol.
Meski ini berawal dari slogan iklan, akhirnya ini menjadi semacam pepatah, dan mayoritas kita pasti menyetujuinya.
Di dunia bisnis, saya punya perspektif yang mirip dengan pepatah di atas. Apa pun bisnisnya, ujung-ujungnya ke properti juga. Baik dengan sengaja atau pun tidak sengaja.
Saya gemar mencari tahu tingkah polah, perilaku para orang sukses di bidang tertentu atau industri tertentu. Selain ingin tahu bagaimana mereka bisa sampai ke posisi itu, saya pun ingin tahu apa yang mereka lakukan setelah mencapai posisi itu.
Sebagian besar mereka ternyata punya pilihan yang sama, masuk ke properti, apakah sebagai investasi atau bisnis. Tidak usah jauh-jauh, Pak Haji Alay “rajanya” garment di Tanah Abang itu kalau ditanya sekarang apa aktivitas utamanya, ya main properti. Setelah sukses membangun ribuan kios dan menyewakannya di Tanah Abang, sekarang beliau merambah wilayah lain dan bahkan sampai ke Malaysia. Terakhir saya dapat kabar bahwa beliau sedang membangun perumahan elite di Kelantan.
Kerabat dekat saya yang juga “raja” di bisnis alat safety saya perhatikan juga semakin serius di bisnis properti. Tiap tahun ia membeli tanah dari kelebihan cash flow dari bisnisnya.
Ada lagi Pak Haji lain yang juga pemain besar garment dari Cipulir. Bisnis yang mengantarkannya kepada kebebasan finansial ini sudah diserahkan kepada anaknya. Sekarang kesibukannya adalah mencari rumah murah yang kemudian diperbaiki dan disewakan kepada Indomaret atau Alfamart.
Salah seorang famili jauh saya yang core business keluarganya adalah di bidang makanan, sekarang juga sedang agresif di bisnis properti. Bahkan ia sampai punya dua buah BlackBerry, yang satu untuk keperluan bisnis dan umum, yang satu khusus untuk urusan properti.
Salah satu pemain besar busana muslim di Indonesia saya ketahui sekarang juga sedang merambah ke bisnis properti. Model bisnis franchisenya “dikawinkan” dengan properti.
Salah satu brand besar di Matahari yang penjualannya selalu top five, juga melakukan hal yang sama. Setelah bisnisnya mapan, wilayah properti pun dirambahnya dengan membangun perumahan di berbagai lokasi.
Supplier bahan baku salah satu brand saya, Actual Basic, yang juga adalah pabrikan bahan terbesar di Indonesia juga punya perusahaan lain di bidang properti. Sekarang salah satu proyeknya adalah apartemen di Ancol.
Pertanyaannya, kenapa mereka semua main properti? Bisa dimaklumi. Bisnis mereka sudah sampai skala “mentok” alias sudah sulit dikembangkan lagi. Kalau pun dikembangkan lagi atau di-reinvest, pertumbuhannya tidak signifikan. Sementara, mereka rata-rata punya cash flow berlimpah. Pilihannya, selain merambah bisnis lain ya main properti.
Kalau masuk bisnis lain, tentu tidak mudah. Tidak semua orang yang mudah berpindah-pindah jenis bisnis dan menang di semua bisnis yang dimasukinya.
Beda dengan properti. Properti bisa dijadikan sarana investasi untuk melindungi nilai uang dan apresiasi, juga bisa dijadikan kendaraan bisnis lainnya. Kalau pun “rugi” dari sisi bisnisnya, nilai properti yang terus meningkat dapat menjadi pengamannya.
Tentu, ada syaratnya untuk terjun ke dunia ini. Selain harus kuasai ilmunya (bisa learning by doing) juga harus kuat pondasi keuangannya. Cash flownya sudah kuat sehingga tidak mengganggu bisnis utamanya.
Peluang bisnis properti tidak pernah habis. Selagi ada yang menikah dan punya anak, pasti properti akan terus diburu. Paling-paling ada siklus “koreksi” setiap 5 atau 10 sekali.
Apalagi hampir semua pakar dan pengamat menyimpulkan bahwa ekonomi Indonesia termasuk yang paling aduhai di ASEAN, bahkan di Asia di bawah China dan India. Ada 8-9 juta kelas menengah baru lahir tahun ini. Pendapatan per kapita sudah mencapai USD 3.000 dan akan menjadi 4.500 di tahun 2014.
Peluangnya besar sekali di bisnis apa pun. Termasuk properti.
NB: Tulisan ini adalah pendapat saya pribadi dari pengamatan sederhana. Bisa jadi salah. “Don’t try this at home” tanpa ilmu dan bimbingan dari ahlinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar